"Sulit menyayangi namun ketika hati mulai tergerak untuk menyayangi mereka pergi. Pergi dan menyakitiku. Kata-kata itulah yang pantas dilontarkan untukku. Perasaan cinta dalam hatiku tak semudah seperti orang lain. Ketika mereka kehilangan satu cinta , sejenak mereka merasakan sakit namun tak selang berapa lama dia akan kembali menemukan cinta yang lain dan begitu seterusnya"
" Aku pun mulai bertanya-tanya. Namun aku yakin, Tuhan akan memberikan hal yang terindah dari semua yang kualami karena semua akan indah pada waktunya"
" Selama 7 bulan kucoba melupakan cinta pertama yang pergi meninggalkanku. Akhirnya kutemukan cinta keduaku. The Second Love. Mungkin dalam benak orang lain apakah ada istilah The Second Love?.....tapi menurutku itu ada "
Dia
Andika Fristyan ,teman satu organisasi JURNALIS Disekolahku. Semula ku tidak
menyadari kalau aku akan merasakan hal yang sama seperti saat pertama ku
bertemu cinta pertamaku. Namun, seiring berjalannya waktu kurasakan hal itu.
Perasaan yang sama seperti dulu. Perasaan aneh yang pernah kurasakan.
Setelah
berjalan 1 tahun kutetap menyembunyikan perasaan itu. Karena aku berfikir ,
jika aku mengungkapkan perasaanku, itu sama saja aku menghancurkan organisasiku
karena dalam peraturan organisasi tidak diperbolehkan berpacaran dalam satu
organisasi. Walaupun belum tentu juga Tyan juga memiliki perasaan
yang sama sepertiku.
Namun
kini aku sudah tak kuat lagi jika harusku simpan perasaan ini. Aku, Vera Steavy
Zakia,yang sekarang sudah duduk di kelas 3 SMK ternama di kota tempat
tinggalku, Hanyalah manusia biasa dan
bukan wanita super sabar yang kuat menyimpan perasaan cinta ini untuk
selamanya. Walau banyak dari temanku beranggapan bahwa wanita berjilbab itu
punya kesabaran extra. Namun semua itu salah. Walau aku wanita berjilbab namun
aku tetap memiliki batas kesabaran.
Kuputuskan
secepatnya ku ungkapkan semua perasaanku kepadanya. Dengan jantung berdegup
kencang , pulang sekolah ku temui dia di markas JURNALIS yang berjarak tidak
terlalu jauh dari kelasku. Karena ku tau dia pasti akan mampir ke markas dulu
setelah pulang sekolah hanya untuk berkumpul bersama anggota JURNALIS yang
lain.
Sesampainya
dimarkas kuberanikan diri untuk memanggilnya. Dan dia menghampiriku yang hanya
berdiri termangu didepan pintu markas.
“Tyan…aku boleh ngomong sesuatu ke kamu, tapi jangan
disini!”
“mau ngomong apa?”
“udah…nanti kamu tau sendiri.
Bisa khan?” kataku dengan sedikit gugup.
“kamu gugup banget!” kata Tyan
seakan dia tau apa yang aku rasakan.
Aku
salah tingkah setelah dia mengatakan itu. Tanpa kusadari kumenarik tangannya
yang dingin menuju Taman Sekolah yang tak jauh dari markas. Sesampainya disana
ku mencoba mengungkapkan perasaannku.
“mau ngomong apa ver?”
“hmmmm………!” kata-kata yang sudah
kupersiapkan sebelumnya sama sekali tak bisa terucap.
“ada apa ver? Masalah kamu mau
keluar dari JURNALIS?”
“bukan masalah itu, masalah itu
udah lama selesai, orang tuaku udah ngizinin kok!”
“terus…….?” Kata Tyan dengan
tatapan yang serius.
“hmmmm…..aku belum siap bilang ke
kamu!”
“apa sich ver? Jangan buat aku penasaran kayak gini dong.
Semua anggota JURNALIS udah aku anggap sebagai keluargaku sendiri, sebagai
saudaraku sendiri, jadi kamu nggak perlu takut!”
“apa?” aku kecewa dengan ucapan
yang dia lontarkan tadi. “apa yang kamu katakana tadi?” kuulangi pertanyaan
untuk meyakinkan. Semoga aku salah dengar.
“semua anggota JURNALIS udah aku
anggap sebagai saudara dan keluargaku, jadi kamu nggak…..!”
“ya sudah tyan…aku sudah tau
jawabannya!” kataku memotong kata-kata Tyan.
“maksud kamu?”
“ya udah …. Makasih!” jawabku
sekenanya dan beranjak pergi. namun langkahku terhenti saat Tyan memanggilku.
“Ver……Aku juga pengen ngomong
sesuatu ke kamu!’
“iyha aku tau apa yang ingin kamu
katakan….nggak perlu kamu ulangi lagi!” kataku seraya pergi meninggalkan Tyan.
Aku
menuju kelasku yang sudah sepi. Aku menangis sesenggukan. Suasana seperti
inilah yang aku butuhkan. Agar aku dapat menangis sepuas hatiku. Aku hanya bisa
menangis jika aku mendapat masalah. Namun aku sama sekali belum puas karena ku
belum mengungkapkan perasaanku.
Tak
terasa sudah satu jam aku menangis dan aku memutuskan untuk pulang. Ku
langkahkan kaki menuju tempat parkir sekolah untuk mengambil motor yang selalu
setia mengantarkanku kemanapun aku pergi termasuk sekolah. sambil mengusap air
mata yang terus mengalir.
Sesampai
ditempat parkir langsung kukenakan helm dan melesat pergi. Betapa hatiku
berdegup kencang saat aku lihat Tyan sedang mengayuh sepedanya tepat didepanku.
Untuk menghilangkan rasa canggungku, kusapa dia seakan tidak terjadi apa-apa. Andika
juga balas menyapaku. Langsung saja ku percepat laju motorku. Namun sungguh sial,
inginku menghindari Tyan namun traffic light menyalakan lampu merahnya. Mau
tidak mau aku harus berhenti. Kenapa kebetulan sekali. Tyan berhenti tepat
dibelakang motorku sehingga aku bisa melihatnya lewat kaca spionku. Tyan
menatapku dengan tatapan serius. Terpaksa kualihkan kaca spionku.
“maaf tyan……aku sudah tau
jawabannya. Dan menurutku itu tidak penting lagi untuk aku ungkapkan sama kamu,
karena kamu hanya menganggapku sebagai saudaramu dan nggak bisa lebih!” kataku
lirih seraya melesat pergi setelah lampu berubah menjadi hijau.
Kupercepat laju motorku tanpa aku
menoleh sedikitpun kearah Tyan. Jujur saja aku takut melihat wajah seriusnya.
Malam harinya ku kirimkan pesan
singkat untuknya:
“Maaf tyan…..aku sudah tau jawabannya, dan
percuma kalau aku katakan sama kamu.”
Dan dia membalas:
“maksud kamu? Jangan buat aku
penasaran….oiya terima kasih karena kamu udah ngalihkan kaca spion kamu.dan aku
harap kamu ngomong jujur aja cz aku ngrasa aku belum ngasih jawaban apa-apa!”
“bukan maksud aku kayak gitu, aku
bener-bener belum siap bilang!”
“bilang sekarang lewat sms!”
“aku belum siap”
“katakana saja, aku juga pengen
ngomong sesuatu ke kamu!”
“mau ngomong apa? Katakana aja!”
“kamu dulu, kamu yang mau ngomong
sesuatu ke aku lebih dulu!”
Aku benar- benar
bingung. Akankah aku katakana sejujurnya malam ini juga. Pesan singkat dari Tyan
belum aku balas sampai 10 menit kemudian dia mengirimkan ungkapan hatinya yang
membuat aku menangis karena senang.
“ver sebenarnya aku suka sama
kamu dari dulu. Tapi aku nggak berani ngungkapin ini mengingat kita ada di 1
organisasi. selain itu aku nggak enak karena dulu kamu masih pacaran sama kak
Erick dan kedekatan kamu sama mas Yudha. M aaf ver, aku baru ungkapin saat ini.
Maaf sekali lagi, aku sudah tau kamu mau ngomong apa ke aku”
Perlu
kalian ketahui bahwa kak Erick adalah Cinta Pertamaku dan Yudha adalah teman
kakak kelasku yang dijodohkan denganku tapi ku tolak karena ku benar-benar
tidak bisa memberikan hatiku untuknya. Aku menangis membaca pesan singkat itu.
Ternyata Tyan memendam perasaannya lebih lama dari aku. Boneka Minnie Mouse
kesayanganku kupeluk erat. Betapa aku tak menyadari. Apakah ini mimpi?. Ku
balas pesan singkatnya:
“ kenapa kamu baru bilang hari
ini. Kamu nggak tau bagaimana tangisanku saat aku tau kamu pacaran sama adik
kelasku, saat kamu cerita ke aku tentang semua mantan-mantanmu dan kedekatanmu
dengan cewek lain, saat kamu tanya no teman ku, kamu nggak tau rasanya
sakiiiiit tyan”
“maaf ver sekali lagi maaf……..I
Love U!”
Betapa
senang dan tak percaya ketika Tyan mengungkapkan perasaannya langsung
dihadapanku keesokan harinya setelah pulang sekolah. Berkata I LOVE YOU untuk
pertama kalinya di hadapanku. Mencium punggung tanganku. Dan berganti kucium
punnggung tangannya. Tangannya tetap dingin seperti biasa. Kuberfikir betapa
beruntungnya diriku. 1 tahun kupendam ternyata dia memiliki perasaan yang sama
bahkan lebih lama dariku. Dan kuberharap hubungan ini kan bertahan sampai kelak
ajal menjemput karena ku menyayanginya dan sangat menyayanginya. Dan tak akan
meninggalkanku seperti Cinta Pertamaku. Dia MY SECOND LOVE……………….ANDIKA
FRISTYAN.